Selasa, 14 April 2015

"Nasionalisme Unggul" ala Dr. Dino Patti Djalal



Dr Dino Patti Djalal adalah Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, seorang penulis pidato, pemuda aktivis, akademisi, dan penulis best seller nasional. Dia sebelumnya merupakan Staf Khusus Urusan Internasional dan Juru Bicara Presiden untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono - posisi yang telah diselenggarakan sejak Oktober 2004, dan diperpanjang ketika SBY terpilih kembali oleh tanah longsor untuk masa jabatan kedua tahun 2009. Yang membuat Dr Dino Patti Djalal juru bicara Presiden terpanjang melayani dalam sejarah modern Indonesia.
Dr Dino Patti Djalal dilahirkan dalam sebuah keluarga diplomatik pada 10 September 1965 di Beograd,Yugoslavia, anak kedua dari 3. Bersaudara. Pengalaman lahir di negara yang tidak lagi ada (Yugoslavia) berfungsi untuk mengingatkan dia tentang pentingnya tertinggi mempertahankan persatuan nasional untuk multi-budaya Indonesia. Ayahnya, Profesor Hasjim Djalal, adalah Duta Besar Indonesia untuk Kanada dan Jerman, dan pakar internasional tentang hukum laut. Hasjim Djalal adalah tokoh kunci dalam "kepulauan konsep", inovasi hukum di wilayah laut yang secara dramatis - dan damai - dikalikan wilayah kedaulatan teritorial Indonesia. Konsep kepulauan, ditolak dan ditentang oleh kekuatan maritim ketika diumumkan oleh Indonesia pada tahun 1957, sekarang merupakan bagian dari hukum internasional dan didukung sepenuhnya oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Sebagai pelajar, Dino Djalal sempat menjalani pendidikan Islam (Muhammadiyah SD dan SMP Al Azhar Tinggi) dan pendidikan Barat - ia lulus dari Maclean High School di Virginia pada tahun 1981 pada usia 15 tahun, dan kemudian memperoleh gelar Bachelor's Degree in Political Science dari Carleton University (Ottawa, Kanada) dan gelar Master in Political Science dari Simon Fraser University (British Columbia, Kanada).

Kini Dino Patti Djalal focus mengajak pemuda Indonesia untuk berkarya dan bekerja dalam dunia Internasional “Saya tidak setuju kalau ada irang yang mengatakan bahwa masalah kita sekarang adalah menipisnya nasionalisme. Kita semua nasionalis, dalam arti kita semua mencintai Indonesia dan bangga menjadi orang Indonesia. Masalahnya, nasionalisme macam apa yang kita anut? Nasionalisme itu macam-macam tidak hanya satu bentuk. Ada nasionalisme sempit, ultra-nasionalisme, nasionalisme sesat, nasionalisme eksklusif. Dan ada juga nasionalismeyang moderat, yang inklusif yang adaptif, yang terbuka, yang pluralis dan yang kreatif ketimbang destruktif saya sebut tipe ini sebagai ‘nasionalisme unggul’. Saya yakin seyakin-yakinnya, bangsa kita hanya bisa menjadi bangsa yang maju di abad ke-21 kalau kita menganut nasionalisme unggul” ujarnya panjang lebar dengan saya di Ruang VIP Teater Dome UMM.

Dino Patti Djalal juga mengajak seluruh mahasiswa di Indonesia untuk menjadi membershipdari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bentukannya yang bertujuan agar pemuda Indonesia  ikut membentuk dan menyebarkan internasionalisme Indonesia ke seluruh nusantara dan ke seluruh dunia. Melalui jaringan dan akses yang dimiliki para pendirinya, FPCI mempertemukan berbagai kalangan yang bergerak dalam bidang hubungan internasional: pejabat Pemerintah termasuk Kementerian Luar Negeri, korps diplomatik di Indonesia, lembaga internasional, thinktank, perusahaan nasional dan internasional, fakultas hubungan internasional, mahasiswa dan pelajar, dan semua pihak yang berkepentingan pada diplomasi.  Mungkin FPCI adalah satu-satunya forum HI di Indonesia yang melakukan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar